KUNCI PENGOKOH JIWA
1.
SIAP
Senantiasa menyadari bahwa
hidup di dunia ini hanya satu kali sehingga aku tidak boleh gagal dan sia-sia
tanpa guna. Ikhtiar yang disertai
niat yang sempurna itulah tugasku, perkara apapun yang terjadi kuserahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Tahu yang terbaik
bagiku.
Aku harus sadar betul
bahwa yang terbaik bagiku menurutku belum tentu terbaik bagiku menurut Allah,
bahkan mungkin aku terkecoh oleh keinginan harapanku sendiri.
Pengetahuan-ku tentang
diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan pengetahuan Allah
menyelimuti segalanya. Sehingga betapa-pun aku sangat menginginkan sesuatu,
tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai
dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku.
2.
RELA
Realitas yang terjadi
yaa... inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani.
Emosional, sakit hati,
dongkol, atau apapun yang membuat hatiku menjadi kecewa dan sengsara harus
segera kutinggalkan karena dongkol begini, tidak dongkol juga tetap begini.
Lebih baik aku menikmati apa adanya.
Lubuk hatiku harus
realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh dan pikiranku harus tetap
bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini.
Apa boleh buat, nasi telah
menjadi bubur. Maka yang harus kulakukan adalah mencari ayam, cakweh, kacang
polong, kecap, seledri, bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial tetap
dapat kunikmati.
3.
MUDAH
Meyakini bahwa hidup ini
bagai siang dan malam yang pasti silih berganti. Tak mungkin siang terus
menerus dan tak mungkin juga malam terus menerus. Pasti setiap kesenangan ada
ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada akhirnya. Aku harus sangat
sabar menghadapinya.
Ujian yang diberikan oleh
Allah Yang Maha Adil pasti sudah diukur dengan sangat cermat sehingga tak
mungkin melampaui batas kemampuan-ku, karena ia tak pernah menzhalimi
hamba-hamba-Nya.
Dengan pikiran buruk aku
hanya semakin mempersulit dan menyengsarakan diri. Tidak, aku tidak boleh menzhalimi diriku sendiri.
Pikiranku harus tetap jernih, terkendali, tenang dan proporsional. Aku tak
boleh terjebak mendramatisir masalah.
Aku harus berani
menghadapi persoalan demi persoalan. Tak boleh lari dari kenyataan, karena lari
sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya menambah permasalahan.
Semua harus tegar kuhadapi dengan baik, aku tak boleh menyerah, aku tak boleh
kalah.
Harusnya segala sesuatu
itu ada akhirnya. Begitu pun persoalan yang kuhadapi, seberat apapun seperti
yang dijanjikan Allah “Fa innama’al usri yusran, inna ma’al usri yusran” dan
sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, bersama kesulitan itu
pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin dipungkiri oleh Allah.
Karena itu aku tak boleh mempersulit diri.
4.
NILAI
Nasib baik atau buruk
dalam pandangan-ku mutlak terjadi atas izin Allah dan Allah tak mungkin berbuat
sesuatu yang sia-sia.
Ini pasti ada hikmah.
Sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung di dalamnya bila disikapi
dengan sabar dan benar.
Lebih baik aku renungkan
kenapa Allah menakdirkan semua ini menimpa-ku. Bisa jadi sebagai peringatan
atas dosa-dosaku, kelalaianku, atau mungkin saat kenaikan kedudukan-ku di sisi
Allah. Aku mungkin harus berfikir
keras untuk menemukan kesalahan yang harus kuperbaiki.
Itibar dari setiap
kejadian adalah cermin pribadiku. Aku tak boleh gentar dengan kekurangan dan
kesalahan yang terjadi. Yang penting kini aku bertekad sekuat tenaga untuk
memperbaikinya. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.
5.
AHAD
Aku harus yakin bahwa
walaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk menolongku tak mungkin terjadi
apapun tanpa izin-Nya.
Hatiku harus bulat total
dan yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya yang dapat
menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap urusan.
Allah Maha kuasa atas
segala-galanya karena itu tiada yang mustahil bila Dia menghendaki. Dialah
pemilik dan penguasa segala sesuatu, sehingga tiada yang sanggup menghalangi
jika Dia berkehendak menolong hamba-hamba-Nya. Dialah yang mengatur segala
sebab datangnya pertolongan-Nya.
Dengan demikian maka aku
harus benar-benar berjuang, berikhtiar mendekati-Nya dengan mengamalkan apapun
yang disukainya dan melepaskan hati ini dari ketergantungan selain-Nya, karena
selain Dia hanyalah sekedar mahluk yang tak berdaya tanpa kekuatan dari-Nya.
"Apabila
mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang
adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.
Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar."
“Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS
Ath-Thalaaq : 2-3)
(Sumber : Majalah USWAH EDISI No. 15/1999)